Empat hari yang lalu, saat aku sedang berbelanja di sebuah
supermarket, tiba-tiba masuk sebuah pesan WhatsApp dari seorang teman waktu
kuliah dulu, sebut saja si K. Tanpa basa-basi, ia menanyakan apakah aku melamar
pekerjaan di sebuah instansi yang (katanya) sedang membuka lowongan pekerjaan.
Aku jawab, tidak. Kemudian ia meneruskan beberapa info lowongan pekerjaan
serupa.
Ia kemudian menanyakan apakah aku sudah punya sertifikat keahlian. Aku jawab, belum. Maka percakapan kami pun berlanjut membahas mengenai sertifikasi keahlian, khususnya bidang keahlian kami. Poin pembicaraan kami ternyata itu. Ia pun berjanji akan menginfokan perihal tetek-bengek dunia sertifikasi keahlian.
Memang, memiliki sertifikat keahlian sangat penting dalam dunia kerja. Karena manusia semakin banyak, maka persaingan semakin ketat. Dan salah satu sarana untuk menyeleksinya adalah dengan sertifikasi. Ini sebagai tanda apakah orang tersebut berkompeten atau tidak dalam bidang tertentu. Aku pun mengalaminya. Setiap kali menemukan lowongan pekerjaan, salah satu syarat yang memberatkanku adalah karena aku belum memiliki sertifikat keahlian. Itu yang membuat aku langsung mundur dan mencari lagi lowongan lain.
Kenapa aku belum memiliki sertifikat keahlian? Karena setiap kali aku ingin mengikuti ujian itu, salah satu persyaratannya adalah harus memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun. Lagi-lagi, aku mundur. Dan sampai sekarang belum tersertifikasi. Ini seperti efek domino dan lingkaran setan; belum cukup pengalaman kerja, maka belum punya sertifikat – belum punya sertifikat, maka tidak bisa melamar kerja – tidak melamar kerja karena belum cukup pengalaman kerja dan belum punya sertifikat. Ah, itu saja terus muter-muter.
Lewat percakapan dengan teman kuliah itu, akhirnya aku tahu bahwa ikut sertifikasi keahlian itu hanya memerlukan pengalaman kerja minimal 1 tahun jika jurusannya linier. Ah, kalau tahu begitu, mungkin sudah dari kemarin aku ikut. Tahu begini, mungkin tidak akan sesusah ini mencari pekerjaan. Sekali lagi, ia pun berjanji akan berkabar jika pendaftaran ujian sertifikasi sudah dibuka akhir bulan ini atau bulan depan. Aku pun sedikit lega.
Seketika aku teringat pada kejadian beberapa bulan ke belakang. Saat itu, aku sangat ingin mengikuti sertifikasi keahlian, maka aku pun mencari-cari informasi terkait hal itu. Aku pun segera menghubungi beberapa orang teman, termasuk si K. Respon teman-teman saat itu sebenarnya tidak banyak membantu, bahkan mereka saling mengoper aku ke teman-teman yang lain. Alasannya karena mereka kurang tahu. Entah memang kurang tahu, atau sengaja tidak ingin memberi tahu padaku.
Ada juga beberapa teman menyarankan aku untuk bergabung di komunitas sesuai jurusan kami yang berada di masing-masing provinsi di Indonesia, jika menginginkan informasi lebih lanjut. Namun, karena aku sangat-sangat asing di tempatku sekarang, aku cukup kesulitan untuk mengakses informasi mengenai hal itu. Bahkan informasi secara online pun susah untuk diperoleh. Jujur saja, aku cukup kecewa saat itu. Dan itu menyurutkan langkahku untuk ikut sertifikasi, bahkan sekadar untuk mencari tahu informasi lagi.
Tahu-tahu, beberapa bulan kemudian, yaitu empat hari yang lalu, si K malah menghubungiku dan berbaik hati ingin membantuku. Awalnya aku kaget sekaligus senang. Namun saat ia menceritakan alasannya, aku makin senang. Ia bercerita, ia pernah mengobrol dengan seorang teman—sebut saja si N—mengenai proses sertifikasi keahlian di provinsiku (kebetulan aku berada di provinsi yang berbeda dengan si K dan si N). Kata mereka, ternyata prosesnya kacau. Maka, si K akhirnya menyarankan aku untuk ikut sertifikasi di provinsi mereka saja pada kesempatan yang sama nantinya.
Menanggapi semua hal ini, aku termenung dan menulisnya di sini. Perasaanku campur-aduk. Aku tercengang. Rasanya seperti dipermainkan oleh kehidupan. Di saat aku sedang membutuhkan sesuatu, entah kenapa kadang susah untuk mendapatkannya. Anehnya, saat aku sama sekali tidak sedang memikirkan hal itu, entah kenapa ada saja jalannya, bahkan tanpa effort. Hidup ini kadang membingungkan.
0 Komentar