Kali ini aku akan membahas tentang salah satu jenis kepribadian manusia,
yaitu introvert.
Ada banyak sekali literatur mengenai introvert ini. Selama ini, introvert
itu dianggap sebagai sesuatu yang "tidak baik" (bukan berarti buruk) dibandingkan
dengan kepribadian ekstrovert (kebalikan dari introvert). Padahal belum tentu.
Jika kita telaah lebih dalam lagi, sebenarnya kepribadian introvert itu tidak
"sedangkal" pemahaman atau anggapan orang pada umumnya.
Orang-orang dengan kepribadian introvert populasinya hanya sekitar 20% dari total jumlah penduduk dunia. Jadi wajar saja dianggap "tidak menarik" karena orang-orang hanya mengetahui kepribadian ekstrovert saja.
Orang-orang dengan kepribadian introvert populasinya hanya sekitar 20% dari total jumlah penduduk dunia. Jadi wajar saja dianggap "tidak menarik" karena orang-orang hanya mengetahui kepribadian ekstrovert saja.
Tapi tunggu dulu. Banyak orang hanya tau bahwa introvert itu identik dengan
seseorang yang senang menyendiri, pemalu, pendiam, dan sebagainya. Padahal
belum tentu juga. Tidak sesempit itu. Sebenarnya, introvert dan ekstrovert itu
sama saja, hanya saja perbedaannya ada pada cara memulihkan energi. Energi
apakah itu?
Jadi gini, seorang introvert itu mengembalikan energinya dengan cara
menyendiri setelah beraktivitas. Sedangkan ekstrovert memperoleh energi jika
berkumpul dengan teman-temannya. Kurang lebih seperti itu.
Akhir-akhir ini, aku lagi seneng membaca-baca artikel atau menonton video
yang membahas tentang kepribadian manusia. Bahkan aku sudah beberapa kali
mencoba mencari tau kepribadianku sendiri. Ternyata aku seorang INTJ. Aku tes
beberapa kali pun hasilnya tetap INTJ. Ada yang bilang, kepribadian itu bisa
berubah. Tapi mungkin untuk saat ini aku INTJ, tidak menutup kemungkinan bakal
berubah menjadi ISTP, INFP, dll. Intinya, aku tetap seorang introvert 90%.
Banyak hal yang setiap saat aku pikirkan. Dari hal yang berat sampai sepele sekalipun. Overthinking. Kadang aku merasa ini cukup mengganggu aktivitasku. Tapi seperti overthinker lainnya, pasti gak akan mungkin lepas dari ini.
Banyak hal yang setiap saat aku pikirkan. Dari hal yang berat sampai sepele sekalipun. Overthinking. Kadang aku merasa ini cukup mengganggu aktivitasku. Tapi seperti overthinker lainnya, pasti gak akan mungkin lepas dari ini.
Mulai dari besok mau makan apa, kalo makan A takutnya kenapa, kalo makan B
jadinya apa, dan sebagainya. Perkara makan saja sudah cukup menyita waktu dan
pikiran. Termasuk untuk urusan pertemanan. Beberapa tahun terakhir aku memang
selalu menjaga sikap dalam pertemanan.
Beda halnya dengan beberapa tahun sebelumnya, yang mana aku masih temperamental dan gak pernah takut untuk menunjukkan amarah. Mungkin karena faktor U. Akibatnya, ada beberapa orang yang gak suka bahkan menjauhiku sampe sekarang. Berkaca dari hal inilah aku sekarang lebih kalem dalam bergaul. Namun, hal ini justru membuatku malah dimanfaatkan. Aku jadi seperti dianggap terlalu baik dan susah untuk bilang "tidak". Ada beberapa orang yang menganggapku seolah lugu dan mereka hanya datang ketika butuh saja. Aku seperti melihat diriku di masa lalu. Ternyata begini rasanya diperlakukan semena-mena oleh orang yang kita anggap teman. Mungkin ini juga 'balasan' atas perbuatanku dulu.
Kembali ke soal introvert tadi. Sebagai introvert yang cenderung diam, kadangkala orang menganggapku sebagai orang yang lugu. Mungkin itu yang ada di pikiran mereka ketika melihatku. Padahal, aku diam karena setiap saat aku selalu mikir, mikir, dan mikir. Banyak yang aku pikirkan. Kadang mikir masalah yang sedang dihadapi, atau hari ini mau belanja apa, atau temanku ini kepribadiannya apa, dsb. Mungkin karena itulah aku terlihat seperti penuh dengan tatapan kosong dan diam, sehingga responku juga kadang lambat dan terlihat kurang berbobot. Baru setelah pulang, keinget semua deh apa aja yang sebenarnya mau direspon dan opini apa yang sebenarnya mau diutarakan.
Beberapa kali aku bertemu dengan orang baru yang sikapnya kurang-lebih sama seperti aku yang dulu, yaitu tidak pernah menjaga perasaan orang lain. Namun tidak sedikit juga aku bertemu dengan orang baru yang baik. Tapi ada satu pelajaran baru yang bisa aku ambil dari semua ini, yaitu: jangan terlalu baik sama orang lain, lihat-lihat dulu, jangan gampang bilang “iya”, harus pintar mengenali mana orang yang tulus dan mana orang yang hanya memanfaatkanmu saja.
Beda halnya dengan beberapa tahun sebelumnya, yang mana aku masih temperamental dan gak pernah takut untuk menunjukkan amarah. Mungkin karena faktor U. Akibatnya, ada beberapa orang yang gak suka bahkan menjauhiku sampe sekarang. Berkaca dari hal inilah aku sekarang lebih kalem dalam bergaul. Namun, hal ini justru membuatku malah dimanfaatkan. Aku jadi seperti dianggap terlalu baik dan susah untuk bilang "tidak". Ada beberapa orang yang menganggapku seolah lugu dan mereka hanya datang ketika butuh saja. Aku seperti melihat diriku di masa lalu. Ternyata begini rasanya diperlakukan semena-mena oleh orang yang kita anggap teman. Mungkin ini juga 'balasan' atas perbuatanku dulu.
Kembali ke soal introvert tadi. Sebagai introvert yang cenderung diam, kadangkala orang menganggapku sebagai orang yang lugu. Mungkin itu yang ada di pikiran mereka ketika melihatku. Padahal, aku diam karena setiap saat aku selalu mikir, mikir, dan mikir. Banyak yang aku pikirkan. Kadang mikir masalah yang sedang dihadapi, atau hari ini mau belanja apa, atau temanku ini kepribadiannya apa, dsb. Mungkin karena itulah aku terlihat seperti penuh dengan tatapan kosong dan diam, sehingga responku juga kadang lambat dan terlihat kurang berbobot. Baru setelah pulang, keinget semua deh apa aja yang sebenarnya mau direspon dan opini apa yang sebenarnya mau diutarakan.
Beberapa kali aku bertemu dengan orang baru yang sikapnya kurang-lebih sama seperti aku yang dulu, yaitu tidak pernah menjaga perasaan orang lain. Namun tidak sedikit juga aku bertemu dengan orang baru yang baik. Tapi ada satu pelajaran baru yang bisa aku ambil dari semua ini, yaitu: jangan terlalu baik sama orang lain, lihat-lihat dulu, jangan gampang bilang “iya”, harus pintar mengenali mana orang yang tulus dan mana orang yang hanya memanfaatkanmu saja.
LIKA-LIKU PERTEMANAN
Aku lagi 'mendalami' dunia pertemanan nih. Concern-ku saat ini adalah
bagaimana seharusnya pergaulan antar sesama manusia.
Begini, yang aku pahami adalah, dalam Islam ada yang namanya Hablumminallah
(hubungan manusia dengan Allah) dan Hablumminannas (hubungan antar sesama
manusia). Keduanya harus seimbang. Namun, banyak orang yang aku lihat saat ini
kurang menyeimbangkan keduanya. Setauku (lagi), kalo Hablumminallah saja tanpa
Hablumminannas, percuma. Begitupun sebaliknya. Percuma sholat, sedekah, puasa
kita bagus tapi masih menyakiti hati orang lain. Begitupun sebaliknya.
Kesimpulannya adalah harus seimbang.
Namun, saat ini banyak orang yang merasa dirinya paling benar, sehingga
mengabaikan perasaan orang lain. Ini yang aku alami sendiri. Sehingga dulunya
aku dijauhi oleh beberapa orang teman. Dulunya aku merasa gak apa-apa. Tapi
sekarang aku merasa menyesal. Belajar dari hal inilah aku sekarang sangat
berhati-hati dalam berucap. Namun hal ini malah dimanfaatkan oleh orang-orang
yang serupa seperti aku yang dulu. Mereka seperti tidak peduli dengan apakah
ucapan dan perbuatan mereka menyakitiku atau tidak. Sebagai manusia biasa,
tentunya aku tidak mampu mengendalikan orang lain. Akhirnya, aku mencoba
mengendalikan diriku sendiri dengan cara menjaga jarak dalam bergaul dengan siapapun
dan memilah-milah lagi ucapan dan perbuatanku sendiri dengan harapan agar orang
lain bisa menyadarinya sendiri.
0 Komentar