Malam itu, gak kayak biasanya Icha tidur lebih dulu. Dan kayak biasa, pintu kamar kostnya, entah dia masih ada di dalam maupun di luar kamar, selalu ia kunci. Akhirnya ia pun tidur.
Tiba2 dia terbangun oleh sebuah suara. BRAKK!!! Pintu kamarnya terbanting. Keringat mengucur deras dari tubuhnya. “Aduh, panas banget!”, keluhnya dalam hati. Dan dengan setengah sadar, ia menoleh ke pintu. Pintu kamarnya terbuka! Dan tampak seseorang dari luar berdiri di depan pintu. “Lho, koq pintunya kebuka? Oh, mungkin tadi aku lupa menguncinya, dan orang itu buka pintu kamarku pengen ngasih tau aku. Mungkin dia salah seorang temennya temen kostku yang kebetulan lewat”, pikirnya sambil melihat kunci yang tertancap dari luar. Kemudian ia melirik ke monitor komputernya yang masih nyala dan emang gak bisa dimatikan. “Oh, masih ada ternyata.”, pikirnya.
Ia pun bangkit dari tempat tidurnya, bergegas ke arah pintu dan berniat menutup pintu. Bersamaan dengan itu, seseorang yang berdiri di depan pintu pun pergi, melangkah ke luar, ke arah pagar.
Setelah menutup pintu dan menguncinya kembali, ia menyalakan lampu kamar dan seperti biasa mengambil handphone-nya untuk mengecek jam. Ternyata pukul 2 dini hari!!! Ia kaget. Seketika ia pun sadar dan kembali mengingat2 kejadian tadi. Ia pun bergidik ngeri. “Jangan2 yang tadi itu tuh pencuri!!!”, pikirnya sambil meringis.
Ia memeriksa isi kamarnya, siapa tahu ada barang yang hilang. Kemudian mengecek pintu, sambil berpikir, “Gimana caranya tuh orang buka pintu kamarku ya??”. Ia pun meraba jendela yang tertutup gorden biru, dan mendapati dua Kaca Nako yang rusak. Akhirnya ia semakin yakin bahwa orang tadi adalah pencuri. Bergegas ia ke luar menuju pagar dan mendapati pintu pagar yang terbuka lebar. Ia pun kembali ke kamarnya.
Sesampainya di depan pintu, ia kembali terkejut melihat pakaian kotor yang berserakan di samping pintu depan kamarnya. Sebelumnya, pakaian itu masih tersimpan di dalam ember ijo. Terburu2 ia pun memasukkan pakaian itu ke dalam ember, dan masuk kamar. Ia ingat, di kostnya banyak kucing. Sempat ia berpikir bahwa itu adalah kerjaan kucing2 itu. Yang membuatnya heran adalah, ember ijo itu gak ikut rebah, melainkan masih berdiri. Jadi gak mungkin kucing yang melakukannya. Jadi mungkin saja pencuri tadi. Ia pun membongkar kembali isi ember itu dan mengingat2 semua isinya. Sambil membongkar, ia kembali kaget. “Pakaian dalam yang aku pake pas olahraga tadi sore itu mana ya??”, pikirnya panik. Berkali2 ia membongkarnya, tapi pakaian yang ia cari itu gak ada. Ia shock. Pagi itu, ia gak berani tidur. Rasa kantuknya hilang seketika. Hingga hari cerah, akhirnya ia berani keluar dari kamar, dan duduk terpaku di depan kamar sambil menghadap ke dalam kamar, menunggu teman kost lainnya keluar dari kamar masing2. Ia gak sabar ingin menceritakan semua kejadian yang dialaminya, yang membuatnya shock itu.
Sekitar pukul setengah 5 pagi, terdengar pintu terbuka dari salah satu kamar kost. “Si Marni mungkin keluar ngambil wudhu”, pikirnya. Ia pun menyampaikan informasi itu lewat sms kepada Marni, teman kostnya. Tak berapa lama, ada sms balasan dari Marni, mengajaknya ke dapur untuk menceritakan kejadian itu secara detail. Ia pun menurut. Sesampainya di dapur, mereka pun ngobrol heboh, mengingat di malam sebelumnya mereka sempat mendengar info bahwa ada pencurian di kost sebelah. Ternyata sedang musim pencurian di kost rupanya. Dan akhirnya kost mereka pun kena. Kamar Icha lah yang dimasuki. Setelah puas bercerita, mereka pun kembali ke kamar masing2.
Paginya, seorang teman keluar dari kamarnya, Ika. Kamarnya dengan kamar Ika hanya dipisahkan oleh satu kamar, jadi gak terlalu jauh untuk mengajak Ika ngobrol dengan teriak.
Icha: “Ka, kamarku habis kecurian.” (masih lesu)
Ika: “Hah?” (kaget)
Beberapa menit kemudian, keluarlah teman2 kost yang lainnya. Dan dengan gaya yang sama, ia menyampaikan informasi yang sama pula. Seketika itu, suasana menjadi sedikit ribut dibanding hari2 biasa di pagi hari. Ternyata kak Ani, teman samping kamarnya yang malam itu kedatangan temannya yang nginap di kamarnya bercerita, temannya itu kecurian juga. Sepotong pakaian dalam yang dijemur di depan kamarnya juga ikut hilang. Dan uniknya lagi, pakaian itu milik temannya itu. Ternyata dini hari tadi, kost itu didatangi oleh spesialis pencuri pakaian dalam!!!
Dengan segera, Icha meraih handphone-nya. Ia bermaksud memberitahu orangtuanya perihal kejadian itu. Maka terjadi lah dialog seperti ini:
Icha : “Ma, semalam kamarku kemasukan pencuri.”
Mama : “Koq bisa? Mangnya kamu gak kunci pintu kamarmu??”
Icha : “Dikunci koq, Ma.”
Mama : “Kuncinya dicabut gak?”
Icha : “Gak.”
Mama : “Pantes. Seharusnya kuncinya tuh dicabut.”
Icha : (Diam)
Mama : “Lain kali, jangan gitu lagi ya… N jangan lupa masang grendel di pintunya, biar lebih aman.”
Icha : “Iya, Ma.”
“Ternyata responnya gitu aja? Nyesel nelpon!”, gerutunya membatin. “Padahal udah sport jantung dan gak tidur ampe pagi gara2 jendelanya dah jebol, takut didatengin lagi ma tuh pencuri!”.
Belakangan setelah kejadian itu, kost itu sering didatangi pencuri akibat keamanannya yang kurang ketat dan letaknya yang agak jauh dari keramaian. Pengalaman itu menjadikan dia lebih waspada lagi. Ia pun akhirnya memperbaiki jendelanya. Pernah suatu malam, lantaran kebiasaannya begadang, ia kembali dikejutkan oleh suara jendela kamarnya. Waktu menunjukkan pukul setengah 3 dini hari. Tampak bayangan seseorang dari luar sedang berusaha mencongkel jendela kamarnya! Ia sempat takut. Jantungnya berdegup kencang. Dengan ragu dan segala keberanian yang ia miliki, akhirnya ia pun teriak. Spontan orang tersebut pun lari meninggalkan jendelanya.
Awalnya ia tak takut pada pencuri atau apapun yang berwujud manusia normal, melainkan ia lebih takut pada hantu. Tapi setelah mengalami kejadian itu, sepertinya ia berubah pikiran.
2 Komentar
huaaaaaa.........takut bacanya.....soalnya dah malam ne
BalasHapusjadi kepikiran
Ya jgn terlalu dihayati lah, Non...
BalasHapus