Advertisement

SEDIKIT UNEG-UNEG SEBELUM TIDUR

Bulan ini merupakan bulan ke-4 sejak aku memutuskan untuk resign Juli lalu. Kasarnya, selama itu juga aku menganggur. Kontrak kerja yang sampai Desember hanya bisa aku jalani selama 6 bulan di awal saja. Tak terasa tinggal sebulanan lagi aku "terombang-ambing" dalam kondisi ini.

Sebenarnya aku tidak benar-benar menganggur. Aku tetap terus berusaha mencari pekerjaan baru sembari menikmati hidup. Bagi sebagian besar orang, istilah "menganggur" mengandung konotasi yang jelek. Terkesan buruk dan suram. Padahal tidak begitu. Istilah tersebut tentunya harus diartikan secara subjektif, karena tiap orang pasti memaknainya berbeda-beda. Bagi aku sendiri, istilah tersebut mengalami perubahan makna.

Pas zaman kuliah dulu, pemikiranku masih sama seperti orang kebanyakan yang menganggap bahwa menganggur itu jelek. Namun, belakangan ini anggapanku berubah. Aku jadi banyak mikir dan tidak cepat menjudge terhadap apapun. Aku belakangan ini lebih santai menjalani hidup. 

Kegiatanku setiap harinya hanya berdiam diri di kamar kosan. Kadang membaca buku. Kalau bosan, aku selingi dengan mendengarkan musik dan podcast. Hampir tiap hari rutinitasku begitu. Bosan? Mungkin iya. Tapi setidaknya, ini adalah opsi terbaik di antara yang terburuk. Aku menjalani seluruh rangkaian rutinitasku tanpa sedikitpun otakku berhenti untuk berpikir. Satu-satunya waktu otakku istirahat mungkin ketika aku lagi tidur. 

Aku memilih semua ini atas kesadaranku sendiri. Aku lelah dengan manusia. Banyak sekali drama. Aku menghindari orang-orang yang membuat mentalku down. Aku tidak siap berinteraksi dengan mereka. Aku lebih baik bersembunyi dan menenangkan diri. Aku lebih banyak berdialog dengan diriku sendiri. Aku mungkin dicap aneh. Empat-lima bulan bukan waktu yang ideal untuk healing. Mungkin proses healing bagi kebanyakan orang yaaa cukup 1-2 bulan. Tapi aku tidak. 

Waktu yang banyak itu aku gunakan untuk merenung sambil mempersiapkan rencana apa yang akan aku jalani selanjutnya. Ada seorang teman yang pernah bilang, "Sekarang sudah bukan waktunya lagi mencari jati diri. Sekarang adalah waktunya untuk mencari uang." Aku sempat merasa tersindir saat dia berkata begitu. Tapi mungkin dia tidak bermaksud untuk menyindir. Bagiku, hidup adalah milik orang yang menjalaninya. 

Bagiku, hidup bukan tentang dua hal itu saja. Apalagi memilih salah satunya. Tidak. Bagiku, cuma satu: Hidup itu tujuannya untuk bahagia tanpa beban. Dan itu bisa diraih dengan berbagai cara, tergantung subjek dan indikatornya. Karena otakku seolah tak pernah berhenti untuk berpikir, maka salah satu cara agar otakku--paling tidak--mengurangi intensitasnya dalam berpikir adalah aku harus bahagia tanpa beban. 

Posting Komentar

0 Komentar