Advertisement

Yang seharusnya gak diceritain

Masa kecil memang menyenangkan, bagi sebagian besar orang, termasuk aku. Masa yang penuh dengan keceriaan, penuh angan dan cita, serta tanpa rasa bersalah. Masa yang penuh kebebasan dan limpahan kasih sayang orangtua yang begitu nampak.
Aku ingin sedikit bercerita tentang masa kecilku...
Di masa itu juga -tanpa rasa bersalah juga tentunya-, aku mengenal sosok laki-laki itu sebagai sosok yang pandai menggoda wanita, dan aku pun merasakannya. Bayangkan, pada saat masih duduk di bangku kelas 4 SD, ada seorang anak laki-laki yang keganjenan, menggodaku. Mungkin dia menganggap dirinya telah mampu dan berhak untuk itu, layaknya lelaki dewasa. Responku tentu saja, seperti halnya anak perempuan pada umumnya, hanya kesal diperlakukan seperti itu. Aku merasa hari2ku tidak seleluasa biasanya. Teman2 pun sering mengolok-olokku, mengataiku pacaran dengan anak itu. Ya ampuuun... Lagi2 aku cuma kesal dibuatnya. Ckckck...

Tanpa disadari, sejarah mencatat bahwa dia adalah "Cinta Monyet"-ku.

Lulus SD, kami melanjutkan sekolah di SMP yang sama. Tapi sikapnya jadi lain. Dia berubah sombong dan bersikap seolah2 tidak pernah mengenalku dan teman2 lainnya, sebelumnya. Aku sendiri tidak terlalu mempedulikannya, melainkan hanya menganggap itu sebagai sifat dia. Mungkin karena dia telah banyak menemukan teman baru. Tapi semakin lama, imej sebagai seorang yang sombong tidak pernah lepas darinya, sampai kami pun lulus SMP dan melanjutkan ke SMA yang berbeda. Aku di SMA 1, sedangkan dia di SMA 7. Sampai di situ pun aku tidak pernah lagi mendengar kabar apa pun tentangnya. Dan memang aku tidak berusaha untuk mencari tahu, karena dia hanyalah teman kecilku, tidak lebih. Teman kecil yang tidak sengaja menjadi Cinta Monyetku (Cimon-ku).

Sampai suatu hari di bulan puasa, aku ditelpon oleh abangnya, setelah sekian lama tidak bertukar kabar. Tanpa sengaja, si abang memberikan alamat fesbuk sang adik (cimon-ku), tanpa ku minta. Aku pun mencarinya dan langsung menambahnya dalam daftar pertemananku. Pada saat itu, di pikiranku, dia hanyalah seorang teman yang telah lama hilang, dan aku ingin menyapanya kembali.

Beberapa hari yang lalu, setelah pertemuan kembali lewat fesbuk itu, dia mengatakan ingin menjalin hubungan denganku, tapi ku tolak. Imej sombong itu masih terus setia menemaninya, menurutku. Harapanku, aku dan dia tetap harus menjadi teman, tidak lebih. Untuk itu, aku pun berusaha jaga jarak dengannya. Aku tidak ingin terlalu menggubrisnya, dan terbawa suasana. Tapi semakin aku menjauh, dia semakin sering menghubungiku. Itu yang membuatku jadi merasa terganggu.

Beberapa hari lagi, dia akan ulang tahun. Harapanku, semoga dia bisa berubah, dan dia bisa melupakan semua yang terjadi di antara kami beberapa hari ini, dan menjalin pertemanan lagi seperti dulu.
Hanya itu!

Posting Komentar

0 Komentar