Cuaca kota Makassar akhir2 ini tidak menentu. Kadang panas membakar, kadang hujan secara tiba2, kadang juga hanya mendung saja disertai angin kencang. Betul2 susah ditebak.
Malam ini, diiringi berbagai macam aliran musik dan cuaca yang agak gerah, aku kembali menulis. Menuangkan segala kegalauan hati. Ya memang, saat ini hatiku sedang galau.
Aku kembali merenungi semua kejadian beberapa hari ini. Cukup membuatku harus menghela nafas panjang, dan banyak introspeksi. Aku ingin sedikit bercerita di sini, karena aku bingung tidak tahu harus bercerita pada siapa lagi.
Beberapa hari yang lalu, ada seorang teman kost meminjam flashdisk-ku. Katanya untuk memindahkan beberapa file musik dari laptop teman yang satu ke laptopnya. Dan dia meminjamnya hanya untuk beberapa menit saja. Tanpa pikir panjang, tentu saja aku meminjamkannya, karena aku juga belum membutuhkannya. Setelah itu, dia mengembalikannya, dan aku pun tak langsung membukanya.
Malamnya aku coba memeriksa dan men-scan flashdisk-ku. Tapi flashdisk itu tidak terbaca di laptopku. Dan anehnya, lampu indikatornya menyala! Heran deh!
Dengan panik, aku langsung keluar kamar dan menuju kamar yang terletak di depan kamarku. Mencoba meminta tolong. Tapi flashdisk itu tetap tidak terbaca juga di komputer temanku itu. Aku makin panik. Aku langsung menemui temanku yang meminjam flashdisk itu sebelumnya, sekaligus mencobanya di laptop temanku yang satunya lagi. Hasilnya tetap sama, tetap tidak terbaca!!! Aku semakin panik! Langsung saja temanku yang meminjam flashdisk itu menawarkan diri untuk memperbaiki flashdisk itu, bagaimanapun caranya. Dengan dongkol, aku menyerahkan flashdisk itu.
Besoknya, saat aku ke kamar depan kamarku, tidak sengaja aku melihat sebuah flashdisk dengan gantungan flashdisk yang mirip dengan gantungan flashdisk-ku (ribet banget nulisnya! ^^), lengkap dengan pembungkusnya layaknya sebuah flashdisk baru, di atas CPU komputer temanku. Sebelum aku sempat bicara, teman yang punya kamar itu langsung nyeletuk, "Itu FD-mu. Barusan dikasih ma si Nina."
Aku kaget. Dalam hati aku berkata, "Ya ampuuun, jangan2 si Nina beliin FD baru buat gantiin FD-ku yang rusak". Aku langsung diam dan hanya bisa tersenyum hambar. Aku malu. Aku tidak langsung mengambil flashdisk itu, melainkan hanya membiarkannya di situ. Malamnya aku langsung mengambilnya.
Saat kembali dari toilet, tidak sengaja aku berpapasan dengan si Nina. Melihatku, dia langsung berujar, "Cha, udah aku beliin kamu FD baru, soalnya FD-mu gak bisa diperbaiki. N sorry, data2mu hilang semua.".
"Aduh, jadi gak enak nih sama kamu.", jawabku.
"Ah, gak apa2.", katanya.
Aku langsung masuk kamar.
Beberapa hari setelahnya, masalah lain pun datang. Teman depan kamarku tidak menyapaku. Aku heran. Aku bertanya pada diriku sendiri, apa sebenarnya yang terjadi? Tidak seperti biasanya dia bersikap seperti itu padaku. Mungkin ada kata atau perbuatanku yang menyinggung perasaannya. Aku coba mengingat2 apa yang terjadi sebelum2nya. Tapi aku yakin, rasanya aku tidak pernah melakukan apa yang tidak dia sukai.
Ini adalah hari ke-3 kami tidak bertegur sapa. Padahal, dia lah satu2nya teman yang bisa mendengarku di kala aku sedih dan butuh orang yang bisa menjagaku, di kost ini. Kini, aku harus kehilangan dia. Semoga untuk sementara waktu. Mungkin untuk beberapa hari ini, dia tidak membutuhkanku. Aku mencoba untuk membiarkannya dulu.
Kembali, aku didera masalah. Mungkin bagi orang lain ini hanyalah masalah sepele, tapi bagiku ini adalah masalah yang cukup menguras pikiranku. Membuatku harus berdiam diri lagi untuk beberapa lama. Introspeksi diri, mungkin salah satu cara untuk mencapai solusinya.
Aku sendiri bingung dengan sifatku, yang mungkin sebagian teman2 merasa gerah dan membuat beberapa orang menjauhiku. Tapi siapakah yang harus aku salahkan?? Apakah diriku sendiri? Teman2ku? Atau siapa? Atau mungkin sifat itu sendiri?
Sepertinya aku butuh seorang Psikolog untuk konsultasi...
0 Komentar