Advertisement

INTEGRITAS #30DaysWritingChallenge

Di dunia ini, benar dan salah maupun baik dan buruk itu relatif, tergantung dari persepsi dan sesuai kesepakatan. Namun, sebagian besar, cukup dengan melihat sekilas saja, orang-orang umumnya tahu mana yang benar dan yang salah serta mana yang baik dan yang buruk.

Di usiaku yang terbilang cukup dewasa sekarang, aku sudah lumayan tahu standar itu. Dan aku rasa, semua orang juga sudah tahu, orang yang baik dan jahat itu seperti apa. Salah satu orang yang jahat adalah orang yang tidak memiliki integritas. Kenapa disebut jahat? Karena merugikan orang lain.

Sebagai orang yang tidak kuper-kuper amat mengenai dunia pertemanan, aku sedikit-banyak tahu karakter manusia. Dan tentu setiap orang sudah membuat boundaries-nya masing-masing; orang dengan karakter seperti apa yang bisa mereka jadikan teman atau bukan, dan seterusnya. Tentu seseorang yang tidak jujur, suka ingkar janji, serta kata dan perbuatannya tidak sejalan merupakan tanda bahwa orang itu tidak memiliki integritas. Itu membuat ilfeel dan menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap orang tersebut.

Aku ingin berbagi pengalaman tentang berurusan dengan orang yang tidak punya integritas. Karena, sumpah, aku tidak bisa mentolerir tipikal manusia seperti itu. Rasanya ingin jauh-jauh dan tidak ingin mengenal lagi jenis makhluk seperti itu. Pertama kalinya, saat zaman SMA dulu. Sebut saja si D. Si D ini adalah teman seangkatanku dan kami lumayan sering berinteraksi. Bukan dengan aku saja, tapi ramai-ramai dengan teman-teman yang lain.

Si D ini suka bercerita bahwa ia sering dibelikan barang-barang bagus oleh pacarnya, keluarganya selalu begini dan begitu, dia sering diajak ke sini dan ke situ, yang mana sebenarnya itu cuma cerita karangannya saja. Beberapa dari kami, tahu latar belakang dan keadaan keluarga dia yang sebenarnya. Dan itu tidak sesuai dengan apa yang sering ia ceritakan. Mungkin dia tahu bahwa kami tahu dia bohong, tapi entah kenapa ia seolah ketagihan. Mungkin kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya langsung keluar begitu saja, tanpa bisa ia rem, tanpa peduli jujur atau bohong. Tapi ya sudahlah. Lulus SMA, kami semua mencar dan punya jalan masing-masing. Tentunya, termasuk bisa tidak berhubungan lagi dengan si D itu.

Lama berselang, belasan tahun kemudian, ini adalah pengalaman kedua kalinya aku bertemu dan berurusan lagi dengan seseorang yang tidak punya integritas. Kalau kehaluan si D tidak merugikan orang lain—hanya mengurangi kepercayaan saja, orang kedua ini lebih parah dari itu. Selain tukang bohong, suka menebar janji yang selalu ia ingkari, suka ghibah, ia juga tukang ngutang yang tak mungkin ia lunasi.

Sebut saja si A. Aku baru mengenalnya setahunan, lewat seseorang. Kami berteman karena suatu urusan. Selama berurusan dengan si A ini, sudah puluhan kali aku melihat dia berbohong pada orang lain, termasuk padaku. Sebenarnya itu sudah "red flag" untuk aku agar segera menjauh, tapi aku coba menolerir dulu. Ternyata semakin lama mengenal si A, makin banyak keburukan yang ia perlihatkan, entah ia sadar atau tidak. Sering kali juga omongannya selangit, janjinya muluk. Aku kadang memberi ia kritikan agar ia kurang-kurangi perangai buruknya itu, lewat obrolan santai dan bercanda. Tapi ya kritik dan saranku hanya dianggap angin lalu. Makin lama, ia makin menjadi-jadi. Rupanya, belakangan aku baru tahu, teman sepergaulan dia begitu semua, perangainya persis seperti si A. Oh pantes, lingkungan pergaulannya saja seperti itu. Sedikit-banyak pasti menular. Akhirnya, aku mulai menjaga jarak dengan si A, lama-lama menjauh, dan sekarang tidak mau berurusan lagi dengan dia. Aku berharap, semoga ini adalah pengalaman terakhirku berurusan dengan tipikal orang seperti itu.

Kembali lagi seperti di awal postingan ini, benar dan salah maupun baik dan buruk itu memang relatif, tergantung dari persepsi dan sesuai kesepakatan. Mungkin berbohong, menebar janji, dan tak bayar utang bagi dunia si A dan teman-temannya itu hal yang wajar, tidak ada salahnya. Kalau ketahuan salah, tinggal pasang muka melas dan tebal saja. Tapi bagi standar moral kebanyakan orang, itu adalah hal yang buruk dan jahat. Tentunya sangat merugikan.

Memiliki integritas itu penting. Ini terkait kredibilitas, tingkat kepercayaan. Karena bagiku, di situlah letak kualitas manusia yang sebenarnya. Di situlah kita bisa menilai orang lain maupun dinilai oleh orang lain.

Posting Komentar

0 Komentar