Advertisement

ETIKA CURHAT

Curhat a.k.a Curahan Hati, tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari, kehidupan sosial tentunya. Karena dengan banyaknya aktivitas manusia, tidak selamanya berjalan sesuai dengan semestinya. Tentunya masalah juga pasti ada. Curhat adalah bentuk ekspresi seseorang terhadap segala sesuatu yang tidak berjalan normal tsb.

Curhat sering diidentikkan dengan berkeluh-kesah, bercerita, dan berbagi pada orang lain untuk mencari solusi. Namun, di beberapa situasi dan individu, curhat tidak selamanya menginginkan solusi. Kadang ada beberapa orang yang hanya ingin sekadar bercerita saja. Mungkin agar tidak menjadi beban pikiran dan hati menjadi plong.
Nah, berbicara mengenai etika dalam bercurhat, sepanjang yang aku temui selama ini, hampir sebagian besarnya tidak mengerti etika dalam bercurhat. Baik sebagai orang yang curhat, maupun sebagai pendengar. Walaupun etika curhat tidak ditentukan secara baku, namun ada beberapa hal harusnya disepakati bersama secara logika agar tidak ada pihak yang dirugikan.




Orang yang curhat biasanya ingin ditanggapi. Nah, di sinilah letak kebingunganku. Ada beberapa orang yang aku temui. Ada yang ingin ditanggapi per kalimat (yang keluar dari orang yang curhat), ada yang ingin bercerita sampai selesai baru ditanggapi, tapi ada juga yang hanya ingin bercerita saja tanpa ingin solusi. Namun, seringkali aku bingung harus menanggapinya. Dan terakhir, aku baru ketemu dengan seseorang yang ketika ia curhat, ingin langsung ditanggapi. Namun ketika ditanggapi, ia langsung memotong penjelasanku, seakan tidak sabar ingin melanjutkan cerita. Kalau begini, kenapa tidak selesaikan saja dulu bercerita baru meminta tanggapan? Berkomunikasi itu kan ada aturannya.
Kemudian, tadi siang ada seseorang lagi curhat padaku. Selama ia bercerita, aku hanya menyimak saja (seperti yang sering aku lakukan ketika ada orang yang curhat), setelah ada jeda atau sedikit celah, baru aku memberi komentar. Aku sebenarnya agak bingung, antara langsung menanggapi atau tidak, karena aku tidak terlalu kenal dengan dia.

Sementara jika aku sendiri yang curhat, biasanya aku adalah tipikal yang ingin bercerita sampai selesai dulu, baru boleh ditanggapi. Namun, pada kenyataannya, seringkali aku temui orang-orang yang (mungkin) tidak terlalu tahu tentang hal ini. Seringkali mereka memotong ceritaku hanya untuk menanyakan hal di luar konteks. Dan tentunya hal itu sedikit membuyarkan konsentrasiku dalam mengingat alur cerita yang kusampaikan. Biasanya, orang-orang seperti ini kebanyakan perempuan (tanpa bermaksud seksis ya!) terdekatku. Mungkin karena lingkungan mereka kebanyakan seperti itu. Aku kurang tahu. Sedangkan untuk teman-temanku yang laki-laki, kebanyakan mereka menyimak sampai cerita selesai, baru berkomentar. Namun tidak semua teman perempuanku seperti yang kujelaskan sebelumnya. Ada juga beberapa teman perempuan yang "mengerti" tentang komunikasi. Dan kebanyakan mereka adalah teman-teman di lingkungan akademis.
Jadi, inti dari postingan kali ini apa?
Mungkin postingan ini bisa dikategorikan sebagai curhat juga. Curhat mengenai curhat. :D

Sekian.

Posting Komentar

0 Komentar